Senin, 08 Februari 2016

Apa itu Bore Up, Apa itu Stroke Up

Setiap motor didesain dari pabrikan dengan kapasitas mesin masing-masing, istilah kerennya Engine Displacement. Lazimnya dinyatakan dalam satuan centimeter cubic (cc). Contoh Satria FU kapasitas mesinnya 147cc. Artinya silinder mesin FU sanggup menampung campuran bbm sampai kapasitas 147cc. KAPASITAS MESIN (cc)
Kapasitas sebuah mesin motor ditentukan oleh dua hal :
bore stroke motor1. BORE. Yaitu diameter Piston yang dipakainya.
2. STROKE alias Langkah Piston. Yaitu panjang lintasan piston saat bergerak naik turun didalam silinder (jarak TMA ke TMB)
Dengan mengetahui Bore dan stroke, maka dapat dihitung kapasitas mesinnya dengan menggunakan rumus volume silinder. Kalau uraian rumus njelimetnya silahkan baca disini saja.
Untuk praktisnya, saya sarankan cukup hapalkan rumus ini saja :
0,785 x bore x bore x stroke
Misal Satria FU di brosur tertulis speknya Bore 62mm, Stroke 48,8mm.
Cukup pake kalkulator hp bisa dihitung kapasitas mesinnya: 0,785 x 62 x 62 x 48,8 = 147255,952.
Ambil saja 3 angka terdepan. Jadi 147cc.
Nah, karena kapasitas mesin ditentukan oleh Bore dan Stroke, maka bila kita ingin menambah kapasitas mesin ya harus merubah salah satu atau keduanya. Kalau gak Naik Bore, ya Naik Stroke.
Berikut ini penjelasan singkatnya:
BORE UP
Bore up artinya mengganti piston dengan piston berdiameter lebih besar. Pabrikan motor juga banyak yang menyediakan piston pengganti ori dengan ukuran lebih besar, istilahnya Piston Oversize (os). Tapi biasanya hanya lebih besar sedikit saja dari standarnya, misal naik 0,5mm (os50) sampai 3mm (os300).
Untuk FU setau saya suzuki tidak menyediakan ukuran oversizenya, jadi kalau mau bore up ya harus comot piston milik motor lain. Yang sering dipakai fu antara lain Piston Tiger & CBR150 (63,5mm), Scorpio (70mm), Kawasaki Boss/Eliminator (65mm). Harga sekitar 250-350rb.
Misalnya FU ganti piston scorpio, maka tinggal hitung 0,785 x 70 x 70 x 48,8 = 187cc
STROKE UP
Stroke Up artinya menaikan langkah piston. Dilakukan dengan merubah posisi poros piston di kruk as (Big End) supaya jarak naik turun piston (TMA ke TMB) jadi lebih jauh. TMB nya lebih turun, TMA nya lebih tinggi. Sekedar mengganti stang piston (con rod) dengan stang lebih panjang tak akan merubah stroke selama poros bigend tak berubah.
Ada dua cara alternatif yang ditempuh untuk stroke up:
1. Dengan menggeser Big End standar lebih dekat ke tepi daun kruk as (las geser manual).
2. Dengan mengganti Big End standar dengan Pen stroker aftermarket.
Mana yang lebih direkomendasikan? menurut saya sih dua duanya sama aja kuatnya selama pengerjaannya rapi dan presisi. FU saya sendiri pernah merasakan dua cara ini. Pertama stroke up pake pen LHK 4mm, lalu nyobain juga stroke up dengan geser manual sejauh 5mm. Alhamdulillah aman dua duanya..
Beberapa merk pen stroker yang populer dikalangan Satria FU antara lain LHK, Kitti Racing, dan Kawahara. Posisi lubang dudukan pen stroker sama saja dengan pen standar, bedanya hanya dibagian tengah yang jadi pangkal stang seher, posisinya menonjol. Menurut info dari bengkel langganan, sampai Pen 4mm masih bisa pakai Laher Bambu standar, tak perlu ganti laher belah.
Pen Stroke Satria FUUkuran pen stroke aftermarket biasanya hanya ditulis ‘naik’ nya saja. Misalnya dilabel tertulis Pen LHK 3mm. Sebetulnya total stroke motor kalau dipasang jadi naik 6mm karena mekanisme piston yang naik turun. Sehingga saat naik jadi 3 mm lebih tinggi TMA nya, dan saat turun 3mm lebih ‘nyelem’ TMB nya. Total jarak dari TMA ke TMB jadi nambah 6mm.
Jadi kalau FU pasang pen stroke 3mm, dihitungnya begini:
0,785 x 62 x 62 x 54,8 = 165cc
3. Sebenarnya bisa juga sih naik stroke tanpa kedua cara diatas, yaitu Ganti Kruk as utuh dengan Kruk as motor lain yang lebih panjang langkahnya. hehe. Contoh di FU bisa menggunakan Kruk as Tiger yang langkah bawaannya sudah 62mm. Kawan-kawan FUers saya dari Bandung banyak yang pakai cara ini. Ini sih namanya Swap Stroke, bukan stroke up lagi, hehe.
PILIH MANA, BORE UP ATAU STROKE UP?
Banyak yang mengatakan kalo bore up itu meningkatkan tenaga, sedangkan Stroke up mendongkrak torsi. Mesin Bore up mengejar top speed, Stroke up memburu akselerasi. Bore up atasnya badai, bawahnya mlempem. Stroke up kebalikannya; bawahnya galak, atasnya melempem. Hmmmm….benarkah begitu? entahlah, tapi menurut saya sih gak hitam putih kayak gitu juga. Kebetulan satria fu saya pernah bore up dengan stroke standar, lalu pernah juga ngalamin Stroke up dengan piston standar (tanpa bore up). Tenaga dan torsi ya bertambah dua-duanya akibat naiknya kapasitas silinder (cc), baik itu dengan bore up maupun stroke up.
Beberapa tahun lalu, jurus stroke up memang masih terbilang kurang populer diterapkan di FU. Yang booming itu bore up dengan piston tiger atau scorpio. FUers lebih memilih bore up dengan alasan bore up lebih aman, lebih mudah diaplikasi, lebih kuat bermain rpm tinggi, lebih awet, lebih tinggi top speednya, dan banyak pertimbangan lainnya. Tapi sekarang, trendnya mulai berubah. Owner Satria FU sudah tak takut lagi maen stroke up untuk harian. Karena bengkel-bengkel spesialis FU dan tukang bubut juga makin berpengalaman menggarap stroke up FU yang tak kalah awet dan aman untuk harian.
Soal hasil, efek peningkatan performa yang didapatkan dari stroke up ternyata tak kalah memuaskan dari bore up. Contohnya saja si blackpearl. Tenaga memang tak meledak ledak seperti bore up piston gambot, tapi begitu gas ditarik, motor stroke up bisa ngibrit dengan mudah. Entengnya juga tak hanya diakselerasi saja, diputaran atas juga tetap anteng menuju topspeed.
Additional Notes:
Dari hasil pengamatan pribadi, kalau hanya mengacu pada performa, menurut saya di satria FU stroke up only lebih berasa performanya dibanding bore up only. Dengan Catatan : Kapasitas mesin (cc) kurang lebih sama . Misal FU stroke up 3mm piston standar (165cc) vs FU bore up piston 66 stroke standar (166cc). Dari yang saya rasakan, bore up only di FU baru berasa nampol dgn ukuran piston 70, atleast 68mm. DIbawah itu perlu tambahan doping lain biar nampol, misalnya +kem. Tapi stroke up 3mm doang, walo kem standar tetep berasa naiknya performa.
Sekedar ilustrasi, ini video dua orang temen FUers. Yg satu stroke up 3mm piston standar. Satu lg Bore up piston boss 68, stroke standar.
VIDEO Blackpearl vs SEXY. Stroke up Only, 165cc (Helm Putih) vs Bore Up only, 177cc (Jaket Merah)
Keterangan video. Trek lurusan 402m.
1/3 – 1/2 trek, keunggulan torsi stroke 54,8 terlihat lebih gesit dan mampu memimpin didepan. Selepas itu, bore 68 mulai mampu menyamai bahkan menjadi sedikit unggul. Mungkin karena powernya lebih keluar di putaran tinggi> 10rb rpm. Tp Kalo misalnya bore up only nya cuma seher 66 (166cc) yg notabene cc seimbang sama stroke up 54,8. Naga-naganya, yg stroke up 165cc mungkin gak keuber juga atasnya
Oke pemirsa, saya rasa cukup itu saja dulu sebagai gambaran sederhana untuk kawan-kawan FUers yang masih asing dengan istilah bore up dan stroke up. Sekali lagi, saya buka mekanik jadi tak tak paham soal sisi teknisnya. Tapi sebagai konsumen, tentu ada baiknya kita tau pemahaman dasarnya, walau hanya sedikit saja.
Semoga ada manfaatnya,
Satria155

Stroke-up??? teknik menaikkan langkah piston….teorinya simpel…prakteknya banyak yang ambyar

kruk-as menjadi kuncian jika motor ingin naik CC…pemilihan kruk-as yang berat+ punya langkah panjang menjadi andalan untuk mengail torsi di rpm bawah dan menengah….mesin tidak perlu meraung di rpm tinggi mesin sudah melaju kencang….
untuk itu kruk-as bisa digeser posisi big-endnya…sayangnya gak semua bengkel bubut bisa mengerjakan pekerjaan ini…mesin bergetar, tak ada tenaga, suara berisik adalah keluhan2 setelah melakukan stroke-up…padahal sudah di balance ulang….
kruk-as GL yang telah di stroke-up….ada bolong2…ciri kas balancing ala jombang
posisi big-end telah bergeser 10mm…jadi total stroke 49,5 + 2 x10 = 69,5mm….jauh meninggalkan tiger yang punya stroke 62mm…
inilah contoh hasil stroke-up yang bagus buat turing…dengan bobot yang berat…maka tidak akan berpengaruh banyak ketika daun di bor sebagai fungsi untuk membalancing kruk-as….jika racikan primer-sekunder dan gigi rasio tepat…mesin model2 begini enteng untuk mengail 140kpj…maklum dengan memakai piston tiger over-size 0 (std)…cc motor sudah 220….gak heran banyak CB dan GL menjadi raja jalanan diusianya yang sudah tua
so kalo mau naik cc dengan part asli jepang…pake aja kruk-as std motor trus di stroke-up….jangan lupa stang-piston diganti dengan yang baru…biar gak oblak

Ukuran Bore dan Stroke Motor Standar

spesifikasi singkat motor standard

berdasarkan data volume silinder dan perbandingan kompresi maka kita dapat memperkirakan volume ruang bakar. Jika ada data yang lebih lengkap bisa menambahi sehingga lebih bermanfaat untuk semua saudara-saudara kita sesama pecinta korek mesin
...
No || Motor || Bore x Stroke || Volume Silinder || Rasio Kompresi

1. Kawasaki Blitz R 53 mm x 50.6mm 111 cc 9.3 : 1

2. Kawasaki Athlete 56 mm x 50.6mm 124.6 cc 9.8 : 1

3. Kawasaki Ninja 250 62 mm x 41.2mm 2x 124.5 cc 11.5 : 1

4. Kawasaki KLX 250 72 mm x 61,2mm 249cc 11 : 1

5. Yamaha Crypton 49 mm x 54mm 101.8 CC 9.0 : 1

6. Yamaha Mio 50.0 x 57.9 mm 113.7 cc 8.8 : 1

7. Yamaha Jupiter z 51.0 x 54.0 mm 110.3 cc 9.3 : 1

8. Yamaha Jupiter MX 54 x 58,7 mm 135 cc 10.9 : 1

9. Yamaha Vixion 57 x 58,7 (mm) 149.8cc 10.4 : 1

10.Yamaha Scorpio Z 70 x 58 mm 223cc 9.5 : 1

11. Yamaha RX King 58 x 50 mm 132cc 7.1 : 1

12. Yamaha RXZ 56 x 54 mm 133cc 7.0 : 1

13. Yamaha F1Z 52 x 52mm 110.4cc 7.1 : 1

14. Yamaha Alfa 50 x 52mm 102.1 cc 7.2 : 1

15. Honda GL 100 52 x 49.5mm 105.1 cc 9.2 : 1

16. Honda GL Max 56.5 x 49.5mm 124.1 cc 9.2 : 1

17. Honda GL Pro 61.0 x 49.5mm 144.7cc 9.2 : 1

18. Honda Supra 50.0 x 49.5mm 97.1 cc 8.8 : 1

19. Honda Tiger 63.5 x 62.2 mm 196.9cc 9.0 : 1

20. Honda Megapro 63,5 x 49,5 mm 156.7cc 9.0 : 1

21. Honda CS-1 58 x 47,2 mm 124.7 cc 10.7 : 1

22. Honda Supra PGM FI 52,4 x 57,9 mm 124.8cc 9.0 : 1

23. Honda Blade 50 x 55,6 mm 109.1 cc 9.0 : 1
Semoga bermanfaat

Mencari Batas aman RPM mesin Bore up dan Struk up

Berbicara motor korekan,drag atau liaran... jangan di tanya lagi soal putaran mesinya....kalo bisa sih setinggi-tingginya jika mesin mampu berteriak....apalagi anak liaran yang penting gaspoll dulu ga perduli motor sanggup atau tidak ujung-ujungnya jajan lagi-jajan lagi....hehehe kebanyakan si seperti itu...nah pola pikir seperti itu kalo bisa di hilangkan...sekarang jamanya informasi by data....jadi jika kita telah mengalami kesalahan ...kita cari dong solusinya jangan terus-terusan mengulangi kesalahan ok....kalo motor standar dari pabrikan sih udah di tentuin limiter rpm, bore dan strokenya ....jadi sudah pasti aman kalo di geber trus-trusan mesinnya.....



Nah sekarang bagaimana kalo mesin motornya sudah di modif abis-abisan...dari bore up struk up sampai mengganti cdi dengan yang limitnya lebih tinggi bahkan sampai non limit....???? bagaimana cara kita mengetahuinya kalo mesin yang udah kita korek tersebut masih dalam tahap aman.....??? bukan bermaskud untuk menggurui nih sob....IBLJ hanya menyapaikan cara yang sudah ada namun dengan penyampain yang berbeda...masih menganut rumus lama untuk mencari batas aman rpm mesin terhadap mesin korekan kawan-kawan semua.... apa lagi yang spek mesinya uda bebasan...yang sehernya segede-gede gaban dan strukan setinggi tiang listrik ups.....


Mungkin sebagian dari  kawan-kawan sudah tau atau ada juga yang tidak.....bahwa piston memiliki kecepatan Ideal atau Piston Speed (PS)  pada angka 21 meter/ detik atau = (21m/s) pada mesin Standar ...artinya jika kecepatan piston bergerak di atas angka 21m/s dapat di pastikan piston akan rawan jebol ...harap di ingat ini piston Speed " IDEAL " artinya masi bisa kurang atau lebih simak tabel piston speed bErikut.
Sumber  http://hpwizard.com

Dan cara untuk menghitung Kecepatan Piston Kendaraan di dapat dengan Menggunakan Rumus:
( 2 x Stroke (dalam satuan meter)  x Rpm)/60

Keterangan :
- Angka 2 merupakan gerak naik turun piston saat mesin berputar 1 x putaran penuh.
- Stroke / langkah piston  (satuan ukuran langkahnya di rubah dari milimeter ke cm)
- RPM mesin yang ingin di tentukan batas amanya.
- 60 adalah  RPM (Rotari per Menit) di rubah menjadi Detik (second) 1 menit = 60 detik

Karna  pada ulasan ini mencari batas aman untuk itu IBLJ menggunakan angka 21 m/s sebagai limit ideal piston speednya karna kebanyakan motor-motor yang kita oprek dan komponen partnya memiliki basic mesin standar ...tentunya biar tidak menyesatkan para pembaca dan terjadi mal praktek pada mesin anda hehe....Namun jika teman-teman tetap mau berpatok pada tabel di atas pun monggo/silahkan tapi pajak di tanggung pemenang....hehe

Coba hitung bareng-bareng kawan
1. Contoh mesin bore up yang paling umum....Mio 58 nan standar


 Diketahui :
- Stroke standar mio : 57 mm
- Piston bore up : 58 mm (diameter piston tidak masuk dalam hitungan rumus hanya berlaku sebagai keterangan tambahan)
- Batas Rpm yang ingin di tentukan contoh :12000 rpm
Jawab : 
( 2 x Stroke (dalam satuan meter)  x Rpm)/60
2 x 0,057 x 12000 / 60 = 22,8 m/s .....Nah kelewatan angka ideal piston speednya yang seharusnya 21 m/s
Cara mengatasinya bisa menurunkan limit RPMnya jika menggunakan CDI racing programmable ...kalo CDI standar tergantung Limitnya yang di patok oleh pabrikan...namun jika di patok di bawah 11.000 rpm di rasa masih aman khususnya Spek 58 nan Standar karna angka yang di dapat adalah :
2 x 0,057 x 11000 / 60 = 20,9 m/s

2. Contoh motor yang aplikasi mesin Bore up dan Stroke up biar aman yu kita cari Piston Speed Idealnya Contoh motor Satria FU Spek Slembaran atau bebasan


Diketahui :
- Stroke up fu : 55 mm
- Piston bore up : 70 mm (diameter piston tidak masuk dalam hitungan rumus hanya berlaku sebagai keterangan tambahan)
- Batas Rpm yang ingin di tentukan contoh :12000 rpm
 Jawab :
( 2 x Stroke (dalam satuan meter)  x Rpm)/60
2 x 0,055 x 12000 / 60 = 22 m/s .....Nah kelewatan angka ideal piston speednya yang seharusnya 21 m/s Cara mengatasinya bisa limit RPM nya diturunkan jika menggunakan CDI racing programmable atau bisa juga dengan menurunkan panjang strokenya...Contoh  Stroke nya di pendekin menjadi 54 mm maka : 2 x 0,054 x 12000 / 60 = 21,6 m/s

 Biar ga pusing ngitunganya IBLJ nyediain juga Link Piston Speed kalkulator tinggal masukin angkan-angkanya lihat hasilnya akan muncul pada tanda lingkaran merah gambar di bawah
KLIK GAMBAR
 
Kawan-kawan juga bisa menggunakan rumus di atas untuk spek motor lainya dengan data-data angka yang telah di ketahui terlebih dahulu .....Semoga saja Kawan-kawan dapat lebih teliti dalam menganalisa korekan mesinnya masing-masing dalam setiap langkah-langkahnya...Tanpa bermaksud untuk menggurui kurang lebihnya mohon maaf

NB : ada beberapa data dan gambar yang di ralat dari perhitungan sebelumnya terima kasih

(Semoga bermanfaat)

Perbandigan Rasio final gear (depan-belakang)

Berbicara mendongkrak akselerasi motor,
banyak cara yang bisa ditempuh. Mulai dari
oprek mesin, kelistrikan sampai korek daleman..*ojo ngeres!
Salah satunya adalah penggantian rasio gir
atau saya lebih prefer menyebutnya final
gear (depan dan belakang).
Meskipun cara
ini tergolong murah karena hanya menebus
beberapa puluh ribu saja namun efektif juga
lho.
Perlu diingat, perbandingan final gear
dirancang sedemikian rupa oleh pabrikan
dengan berbagai riset. Hal ini dimungkinkan bahwa
motor yang notabenenya sebagai sarana
publik mampu melibas segala macam
kondisi jalan baik itu jalan mendatar
ataupun yang berkarakter tanjakan.
Namun, yang namanya manusia dalam hal
ini biker sering kali memodifikasi motor
tanpa perhitungan. Misal, pengaplkikasian
Ban Besar. Maksudnya sih, ingin tampilan
motor kesayangan bak motor-motor
motogp. Tapi sayang, sering kali hal tersebut
tak dihiraukan biker. Padahal,
pengaplikasian ban gambot, akan memaksa
mesin motor bekerja lebih berat dari
biasanya. Hal ini yang menyebabkan usia
pakai mesin motor akan menjadi pendek.
Bila memang demikian, bro/sis biker yang
suka ganti ban gambot patut
memperhitungkan mengganti final gir
motor kesayangan. Untuk apa? Tentunya
untuk meringankan kinerja mesin. Bisa
dengan menaikkan mata gir belakang 1-2
mata dari gir standar. Misal yamaha vixion,
dari pabrikan motor ini dibekali
perbandingan final gear 14/42. Untuk
menghitungkan mudah, Angka mata gir
belakang dibagi angka mata gir depan,
hasilnya 42 : 14 = 3,0. Jika mengaplikasikan
ban gambot ukuran 130/70-17 tentunya
akan memperberat kinerja mesin, oleh
karena itu bisa mengubah perbandingan
final gear menjadi 14/44, dengan
perhitungan 44 : 14 = 3,14. Meskipun hanya
naik sebesar 0,14 namun dalam
kenyataannya akan terasa signifikan.
Tapi, ada tapinya nih bro/sis. Mengubah nilai
final gear dari standarnya akan berefek
pada top speed dan akselerasi. Semakin
besar nilai yang dihasilkan dari
perbandingan final gir akan berdampak
pada peningkatan akselerasi (tarikan motor
menjadi ringan)tapi mengorbankan top
speed. Sebaliknya, semakin kecil hasil
perbandingan final gear maka semakin
meningkatkan top speed namun akan
menurunkan akselerasi motor. (catat iki yo..!)
Khusus untuk poin peningkatan top speed, tak akan
dirasakan secara signifikan karena
keterbatasan power motor dalam kondisi
standar. Perlu tambahan lain seperti misal bore-up, CDI
unlimiter dll, pokoke kata min @momo Aroma RACING lah..
untuk mendongkrak top speed
tersebut.
Berikut Daftar Perbandingan FINAL GEAR
(SPROCKET)
Dibuat berdasarkan urutan top speed paling
tinggi sampai top speed paling rendah
atau akselerasi paling rendah sampai
akselerasi paling tinggi. Monggo disimak :
15/33 = 2.2
15/34 = 2.266
15/35 = 2.333 => Vega R,Supra X125
14/33 = 2.357
15/36 = 2.4 => Jupiter Z
14/34 = 2.428
15/37 = 2.466 => RX-King, Vega R
14/35 = 2.5
15/38 = 2.533
13/33 = 2.538
14/36 = 2.571
15/39 = 2.6 => Jupiter MX 135
13/34 = 2.615
14/37 = 2.642
15/40 = 2.666
13/35 = 2.692
14/38 = 2.714 => New Jupiter MX 135
15/41 = 2.733 => New Vega ZR
12/33 = 2.75
13/36 = 2.769
14/39 = 2.785 => F1-ZR
15/42 = 2.8
12/34 = 2.833
13/37 = 2.846
14/40 = 2.857 => Byson
15/43 = 2.866
12/35 = 2.916
13/38 = 2.923
14/41 = 2.928
15/44 = 2.933 => CBR 150
12/36 = 3
13/39 = 3
14/42 = 3 => Vixion / CS1
15/45 = 3 => GL Pro Neo Tech
14/43 = 3.071 => Satria FU
13/40 = 3.076
12/37 = 3.083
14/44 = 3.142
13/41 = 3.153
12/38 = 3.166
14/45 = 3.214
13/42 = 3.230
12/39 = 3.25
13/43 = 3.307
12/40 = 3.333
13/44 = 3.384
12/41 = 3.416
13/45 = 3.461
12/42 = 3.5
12/43 = 3.583
12/44 = 3.666
12/45 = 3.75
moga bermanfaat,.
.ian
sumbar: fncounter, blog pd wordpress

MENGHITUNG PERCEPATAN MOTOR BERDASARKAN GIGI RASIO

Rumus nya: Mata gir belakang : mata gir depan = Rasio Final gear (secondary reduction)
Batas maksimal penggantian rasio final gear hanya 0,1! Baik mengecilkan jumlah.
Cara mencari rasio yang pas harus menghitung standar pabrik dulu sebagai acuan. Gunakan mesin pintar (kalkulator) agar perhitungan menjadi lebih cepat. Di bawah ini akan saya conto
h kan dari Jupiter tahun 2001.
38/15 = 2.533 (std), maka batas maks adalah 2.433-2.633
Semakin besar nilai rasio yang keluar semakin kuat akselerasi ketika di awal. Sebaliknya, rasio yang muncul semakin kecil maka nafas semakin panjang dan top speed akan bertambah (CDI unlimiliter, mesin di upgrade, dsb.).
Pilihannya adalah
36/14 = 2.571
37/14 = 2.64
37/15 = 2.466
39/15 = 2.6
39/16 = 2.437
40/16 = 2.5
41/16 = 2.562
42/16 = 2.625
42/17 = 2.47
43/17 = 2.529
44/17 = 2.588
44/18 = 2.444
45/18 = 2.5
Untuk akselerasi awal yang galak disarankan 37/14, sedangkan top speed di putaran atas dan nafas panjang disarankan 39/16.
Tidak cuma rasionya saja yang mempengaruhi performa. Besar atau kecil ukuran sproket atau gir pun berefek besar di kecepatan tinggi.rantai sebagai penerus gerak sproket depan ke sproket belakang sangat efisien di kecepatan rendah. Sekitar 98 %. Tapi, begitu kecepatan bertambah hingga top speed, efisiensi rantai drop hingga 85%.lebih baik pakai gir bermata ganjil dan genap, daripada genap-genap atau ganjil-ganjil. Supaya pemakaian antar mata gir merata.
Gir kecil enteng. Tapi, kekecilan pun masalah. Terutama gir depan. Sebab, gigi yang berfungsi mengait rantai amat sedikit. Alhasil kerja gir terlalu berat dan gesekan antar sambungan rantai besar, boros bensin.
SELAMAT MENCOBA
— di SRS MOTOR Speed Rider Snop.

Kamis, 04 Februari 2016

Honda Blade Gampang Diseting

Blade Gampang Diseting

Mesin Honda Blade 110R punya seri NF110. Untuk keperluan balap, diprediksi gampang diseting. Beda sama generasi sebelumnya, C-Series 97 cc (100 cc) yang diterapkan di Astrea Prima, Grand, Supra sampai Revo.

Apa saja kelebihan Blade untuk pemakaian di balap. Nih alasannya.
BAUT BLOK BESAR
Baut tanam pengikat kepala dan blok silinder mesin C-Series diameternya cuma 5,20 mm. Sementara diameter drat cuma seukuran baut 10 (6 mm). Diseting kompresi tinggi sering nggak kuat. Baut kendur dan berakibat blok mangap.

Apalagi blok dibore up untuk ngejar volume 115 cc. “Jarak antara bibir liner dengan posisi baut tinggal 1 mm lebih dikit. Kalau mau ubah batangnya lebih gede, susah juga karena sudah sampai ke tepi liner,” jelas Erwin alias Akiang, mekanik Honda Banten Racing Team.

Kondisi itu beda sama Blade. Batang baut tanam lebih gede. Diameternya 6,20 mm, dengan diameter ulir 7 mm atau baut 11. Akiang buktikan di riset terbarunya. “Digeber kompresi 13,5 : 1, nggak ada gejala rembes atau bocor. Jadi saya kira sampai 14 : 1 masih kuat,” terang Akiang lagi.

Kelebihan lain, posisi baut dengan liner juga masih jauh, sekitar 6 mm. “Jadi selain tekanan saat kompresi nggak terlalu kencang, kalaupun batang mau diubah lebih gede dengan baut 12 juga bisa dilakukan. Tapi dengan batang sekarang sih, rasanya nggak perlu diubah,” papar mekanik yang sukses bikin Gandi Santana melejit di IndoPrix seri Sentul beberapa waktu lalu.

PENDINGINAN HEAD LEBIH BAGUS

Desain mangkuk penutup kepala silinder juga tampak lebih besar dibanding generasi Honda sebelumnya. “Jadi daya tampung oli yang mendinginkan head, kem dan lainnya yang ada di bagian depan lebih banyak. Otomatis, lebih dingin. “Dulu kan sering ada maslaah kepanaasan karena pendinginan kurang di bagian depan itu,” terang Akiang, yang siapkan Blade turun di balap.
BEARING KRUK AS LEBIH GEDE

Hal lain yang beda lagi adalah ukuran laher kruk-as. “Dulu, kruk as patah biasanya di posisi bearing yang batangnya kurang kokoh. Sekarang, laher sudah lebih gede. Jadi, efeknya kruk-as lebih kuat lagi,” yakin Akiang yang mekanik Rudi Motor Jl. Dewi Sartika, No. 32, Ciputat, Tangerang.


ROCKER ARM MODEL ROLLER


Pelatuk atau rocker arm sebagai penggerak katup Blade seperti di Supra X 125. Menganut model roller, putaran kem halus dan ringan gesekan. “Untuk balap menguntungkan karena kem banyak digerinda ulang. Sistem roller bisa meredam gejala kem tidak halus,” terang Bobeng alias Sugiono, mekanik senior asal Purwokerto.